close
Banner iklan disini

Sperma


Pada dasarnya, sperma memiliki bagian-bagian yang masing-masing memiliki fungsi yang mendukung proses fertilisasi dapat berlangsung. Bagian-bagian tersebut terbagi atas 3 bagian utama, yaitu:
1. Bagian Kepala
Pada bagian kepala spermatozoon ini, terdapat inti tebal dengan sedikit sitoplasma yang diselubungi oleh selubung tebal dan terdapat 23 kromosom dari sel ayah. Selubung tebal yang dimaksud adalah akrosom, fungsi dari akrosom adalah untuk melindungi, juga menghasilkan enzim.
Akrosom ini mengandung enzim pembuahan yaitu hialuronidase dan akrosin. Yang masing-masing enzim tersebut memiliki fungsi yang berbeda.
a. Hialuronidase merupakan enzim yang dapat melarutkan hialuronid pada korona radiata ovum, sehingga spermatozoon dapat menembus dan membuahi ovum.
b. Sementara akrosin merupakan enzim protease yang dapat menghancurkan glikoprotein yang terdapat di zona pellusida ovum.

Contoh animasi saat spermatozoon mengeluarkan enzim untuk melarutkan bagian dari ovum:
2. Bagian Badan

Terdapat sebuah mitokondria berbentuk spiral dan berukuran besar, berfungsi sebagai penyedia ATP/ energi untuk pergerakan ekor.
3. Bagian Ekor


Pada bagian ekor sperma yang cukup panjang terdapat Axial Filament pada bagian dalam,& membran plasma dibagian luar yang berfungsi untuk pergerakan sperma Berupa flagella untuk pergerakan spermatozoon.
Bagian ini mengandung sedikit sekali sitoplasma dan mengandung rangka poros yang disebut aksonema

______________
______________
Gambar 1 : Contoh spermatozoon abnormal (tidak normal) perbesaran 1000x
Gambar 2 : Sperma dalam counting chamber (hemocytometer) perbesaran 100x
Menurut sebuah penelitian yang dilakukan di Universitas Soroka di Israel, di dapat kan bahwa ternyata kualitas dan kuantitas sperma turut dipengaruhi oleh usia. Pada penelitian tersebut di dapatkan bahwa jumlah sperma tertinggi terdapat antara usia 30 dan 35 tahun dan jumlah sperma terendah biasanya ditemukan setelah usia 55 tahun.
Selain itu diketahui pula bahwa gerakan sperma yang terbaik dapat ditemukan pada laki-laki sebelum usia 25 tahun dan gerakannya akan memburuk setelah usia 55 tahun. Jika gerakan sperma pria berusia 30-35 tahun dibandingkan dengan gerakan sperma pria berusia lebih dari 55 tahun akan ditemukan penurunan kualitas gerakan sperma sebesar 54%.
Disamping mempengaruhi kualitas dan kuantitas sperma, sebuah penelitian yang dilakukan di Lawrence Livermore National Laboratory (LLNL) menyatakan bahwa usia juga akan berpengaruh terhadap kualitas genetik sperma laki-laki. Pada penelitian tersebut diketahui bahwa dengan semakin meningkatnya usia laki-laki maka semakin banyak kelainan genetik yang ditemukan pada spermanya, sehingga meningkatkan risiko untuk terjadinya kemandulan (infertility), keguguran dan meningkatkan risiko terjadinya kelainan bawaan (cacat) pada bayi yang dilahirkan.


Previous
Next Post »
Loading...